DNA Nano-Particle Therapy

Researchers from Johns Hopkins and Northwestern University have found a way to control the shape of nanoparticles that serve to move the DNA in the body.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Light Allergic Desease

Light Allergic Diseases This strange disease suffered by a girl who was afraid he alegri light when exposed to light.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, December 31, 2012

Sistem Respirasi Burung


Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk.
Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini, udara masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada dasar faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat sirink yang pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus sekunder dan dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus ( di bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100 atau lebih).
Parabronkus berupa tabung tabung kecil. Di parabronkus bermuara banyak kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain paru-paru, burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa (sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap. Pundi-pundi hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan; pundi-pundi hawa hanya berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena adanya pundi-pundi hawa maka pernapasan pada burung menjadi efisien. Pundi-pundi hawa terdapat di pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks anterior), antara tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks posterior), dan di rongga perut (kantong udara abdominal).
Fungsi kantung udara :
       -     membantu pernafasan terutama saat terbang
       -          menyimpan cadangan udara (oksigen)
       -          memperbesar atau memperkecil berat jenis pada saat burung berenang
       -          mencegah hilangnya panas tubuh yang terlalu banyak



Masuknya udara yang kaya oksigen ke paru-paru (inspirasi) disebabkan adanya kontraksi otot antartulang rusuk (interkostal) sehingga tulang rusuk bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke bawah. Atau dengan kata lain, burung mengisap udara dengan cara memperbesar rongga dadanya sehingga tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang mengakibatkan masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal di paru-paru dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa sebagai cadangan udara.
Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara (O2) di paru - paru berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung hawa masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi.
Pernapasan pada burung di saat hinggap adalah sebagai berikut.
Burung mengisap udara lalu udara mengalir lewat bronkus ke pundi-pundi hawa bagian belakang bersamaan dengan itu udara yang sudah ada di paru-paru mengalir ke pundi-pundi hawa, udara di pundi-pundi belakang mengalir ke paru-paru lalu udara menuju pundi-pundi hawa depan. Kecepatan respirasi pada berbagai hewan berbeda bergantung dari berbagai hal,antara lain, aktifitas, kesehatan, dan bobot tubuh.
Pernafasan burung saat terbang :
Struktur Pernapasan Burung
Saat terbang pergerakan aktif dari rongga dada tidak dapat dilakukan karena tulang dada dan tulang rusuk merupakan pangkal perlekatan otot yang berfungsi untuk terbang. Saat mengepakan sayap (sayap diangkat ke atas), kantong udara di antara tulang korakoid terjepit sehingga udara kaya oksigen pada bagian itu masuk ke paru-paru.












Ref: Buku BSE, Praktis_belajar_biologi_SMA_X_Fictor_F_dan_Moekti_A

Materi dan Soal Biologi. Terlengkap!


Materi dan Soal Biologi. Terlengkap!


Posted: 08 Jan 2013 09:34 AM PST
Soal Selanjutnya silahkan download di sini!
Posted: 08 Jan 2013 09:01 AM PST
1. Seorang siswa melakukan percobaan pembuatan tempe dengan menggunakankedelai varietas A, B dan C. Jenis jamur yang digunakan adalah Rhizopus oryzae dengan dosis yang sama untuk ketiganya. Setelah itu ia membandingkan tekstur ketiga tempe yang dihasilkan. Rumusan masalah yang paling tepat adalah …. a. Apakah varietas kedelaimempengaruhi tekstur tempe? b. Mengapa jamur Rhizopus oryzae dapat mengubah kedelai jadi tempe? c. Apakah kandungan [...]
Posted: 08 Jan 2013 08:47 AM PST
1. Meningkatnya populasi hama tanaman pada suatu lahan pertanian merupakan permasalahan biologi yang dapat diselesaikan dengan cabang ilmu …. A. genetika populasi B. palaeontologi C. entomologi D. ekologi E. histologi 3. Di bawah ini adalah penyakit yang menyerang manusia : 1. TBC 2. [...]

Friday, December 28, 2012

Penyebab Terjadinya Dormansi


Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.
Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui berperilaku dorman adalah kuncup.

PENYEBAB TERJADINYA DORMANSI
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh :
  • Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air.
  • Proses respirasi tertekan / terhambat.
  • Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan.
  • Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut.
Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu :
·         Innate dormansi (dormansi primer)
·         Induced dormansi (dormansi sekunder)
·         Enforced dormansi
Sedangkan menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
·         Dormansi Fisik, dan
·         Dormansi Fisiologis
Dormansi Fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.
 Ã˜  Beberapa penyebab dormansi fisik adalah :
1.      Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini disebut sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula.
2.      Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera.
3.      Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas
Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat.
Ø  Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah :
Dormansi Fisiologis, dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh
1.      Immaturity Embrio
Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada tempe-ratur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.
2.      After ripening
Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka waktu "After Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya.
3.      Dormansi Sekunder
Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya. Diduga dormansi sekunder tersebut disebabkan oleh perubahan fisik yang terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang berlebihan sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih terbatas.
Ø  Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio.
Dormansi ini dapat disebabkan oleh hadirnya zat penghambat perkecambahan dalam embrio. Zat-zat penghambat perkecambahan yang diketahui terdapat pada tanaman antara lain : Ammonia, Abcisic acid, Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids Lactone (Counamin) dll.
1.      Counamin diketahui menghambat kerja enzim-enzim penting dalam perkecambahan seperti Alfa dan Beta amilase.
Tipe dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi dari beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini disebabkan oleh lebih dari satu mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang disebabkan oleh kombinasi dari immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan keperluan akan perlakuan chilling.
2.      Cara praktis memecahkan dormansi pada benih tanaman pangan.
Untuk mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak dapat berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat.
Ø  Beberapa cara mempersingkat dormansi adalah :
1.      Dengan perlakuan mekanis.
Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi.
Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus.
Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.
2.      Dengan perlakuan kimia.
Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
·         Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama 20 menit sebelum tanam.
·         Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.
·         Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200 PPM.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
3.      Perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih.
Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60-70°C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan.
4.      Perlakuan dengan suhu.
Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan.
Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.
5.      Perlakuan dengan cahaya.
Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.

Download file PDF disini 
Download

Thursday, December 27, 2012

Terapi Nanopartikel DNA


Para peneliti dari Universitas Johns Hopkins dan Northwestern telah menemukan cara untuk mengontrol bentuk nanopartikel yang berfungsi memindahkan DNA dalam tubuh, serta menunjukkan bahwa bentuk-bentuk penghantar ini bisa membuat perbedaan besar dalam hal pengobatan kanker dan berbagai penyakit lainnya. 
Studi yang dipublikasikan pada 12 Oktober dalam jurnal Advanced Materials ini juga patut menjadi perhatian karena teknik terapi gen ini tidak harus memanfaatkan virus untuk menghantarkan DNA ke dalam sel. Beberapa upaya terapi gen yang bergantung pada virus mengandung berbagai resiko kesehatan.

“Nanopartikel ini bisa menjadi kendara penghantar yang lebih aman dan efektif untuk terapi gen, menargetkan berbagai penyakit genetik, kanker serta penyakit-penyakit lain yang bisa disembuhkan dengan pengobatan gen,” kata Hai-Quan Mao, profesor ilmu dan teknik material di Sekolah Teknik Whiting Johns Hopkins.
Mao telah mengembangkan nanopartikel nonviral untuk terapi gen selama satu dekade. Pendekatannya melibatkan pengkompresian potongan-potongan DNA yang sehat dalam lapisan polimer pelindung. Partikel-partikel ini dirancang untuk menghantarkan muatan genetiknya hanya setelah partikel ini bergerak melewati aliran darah dan memasuki sel-sel yang menjadi sasaran. Dalam sel-sel tersebut, polimer mengurangi dan melepaskan DNA. Dengan menggunakan DNA ini sebagai pola dasar, maka sel-sel tersebut dapat memproduksi protein fungsional yang mampu memerangi penyakit.
Ilustrasi ini menggambarkan molekul-molekul DNA (hijau muda), dikemas ke dalam nanopartikel dengan menggunakan polimer dalam dua segmen yang berbeda. Satu segmennya (hijau gelap) membawa muatan positif yang mengikatnya pada DNA, dan segmen lainnya (cokelat) membentuk lapisan pelindung pada permukaan partikel. Dengan menyesuaikan pelarut yang mengelilingi molekul-molekul ini, para peneliti Johns Hopkins dan Northwestern mampu mengontrol bentuk nanopartikel. Tes hewan yang dilakukan tim riset menunjukkan bahwa bentuk nanopartikel secara dramatis dapat mempengaruhi seberapa efektif penghantaran terapi gen ke dalam sel. Gambar pada latar depan, meskipun diperoleh dari model komputasi, nyaris sesuai dengan gambar latar belakang abu-abu, yang dikumpulkan melalui mikroskop elektron transmisi. (Kredit: Wei Qu, Universitas Northwestern, gambar simulasi; Xuan Jiang, Universitas Johns Hopkins, gambar mikroskopis)

Sebuah kemajuan besar dalam pekerjaan ini adalah kemampuan para peneliti “menyetel” partikel-partikel dalam tiga bentuk; batang, cacing serta bulatan, yang meniru bentuk dan ukuran partikel-partikel virus. “Kami bisa mengamati bentuk-bentuk itu dalam laboratorium, tapi kami tidak sepenuhnya memahami mengapa mereka mengasumsikan bentuk-bentuk itu dan bagaimana cara mengontrol prosesnya dengan baik,” kata Mao. Pertanyaan-pertanyaan ini penting karena sistem pengiriman DNA yang ia bayangkan mungkin memerlukan bentuk-bentuk spesifik yang seragam.
Untuk mengatasi masalah ini, sekitar tiga tahun lalu Mao mencari bantuan dari rekan-rekannya di Northwestern. Sementara Mao bekerja di laboratorium tradisionalnya yang serba basah, para peneliti di Northwestern merupakan pakar dalam melakukan eksperimen serupa dengan menggunakan model komputer yang canggih.
Erik Luijten, profesor ilmu dan teknik material serta matematika terapan di Sekolah Teknik dan Ilmu Terapan McCormick Universitas Northwestern dan sebagai penulis pendamping dalam makalah, memimpin analisis komputasi pada temuan-temuan tersebut untuk menentukan mengapa nanopartikel diformasikan ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda.
“Simulasi komputer dan model teoritis kami telah memberi pemahaman mekanistik, mengidentifikasi apa yang bertanggung jawab atas perubahan bentuk tersebut,” kata Luijten. “Kami kini dapat memprediksi secara tepat bagaimana memilih komponen nanopartikel jika ada yang mengingini bentuk tertentu.”
Penggunaan model komputer memungkinkan tim Luijten untuk meniru percobaan laboratorium tradisional dalam waktu yang jauh lebih cepat. Simulasi dinamika molekul ini dilakukan pada Quest, sistem komputasi berkinerja tinggi dari Northwestern. Komputasi ini begitu rumit sehingga beberapa di antaranya memerlukan 96 prosesor komputer yang bekerja secara bersamaan dalam satu bulan.
Dalam makalah mereka, para peneliti juga ingin menunjukkan pentingnya bentuk partikel dalam menghantarkan terapi gen. Para anggota tim riset melakukan tesnya pada hewan, kesemuanya menggunakan bahan partikel yang sama dan DNA yang sama. Satu-satunya perbedaan adalah pada bentuk partikel: batang, cacing dan bulatan.
“Partikel berbentuk cacing menghasilkan ekspresi gen dalam sel-sel hati 1.600 kali lebih banyak dibanding yang dihasilkan dua bentuk lainnya,” kata Mao. “Artinya, produksi nanopartikel dalam bentuk ini bisa menjadi cara yang lebih efisien untuk menghantarkan terapi gen ke dalam sel-sel tersebut.”
Bentuk-bentuk partikel yang digunakan dalam penelitian ini diformasi lewat cara mengemas DNA dengan polimer dan mengeksposnya ke berbagai pengenceran pelarut organik. Penolakan DNA terhadap pelarut, dengan bantuan rancangan polimer dari tim riset, menyebabkan nanopartikel berkontraksi menjadi bentuk tertentu dengan sebuah “perisai” di seputar materi genetik untuk melindunginya dari penghapusan oleh sel-sel kekebalan.
Dana awal untuk penelitian ini berasal dari Institut NanoBioTeknologi Johns Hopkins. Riset kemitraan Johns Hopkins-Northwestern memperoleh dukungan pendanaan dari National Institutes of Health.

Kredit: Johns Hopkins
Jurnal: Xuan Jiang, Wei Qu, Deng Pan, Yong Ren, John-Michael Williford, Honggang Cui, Erik Luijten, Hai-Quan Mao.
sumber http://www.faktailmiah.com/

Monday, December 24, 2012

Neuron Synapse

Neuron Synapse



Titik - titik (celah) pertemuan antara neuron satu dengan neuron lain disebut sinapsis. Akson pada setiap neuron berakhir membentuk tonjolan kecil yang disebut bongkol sinapsis. Permukaan tombol sinapsis disebut membran pre-sinapsis. Membran pre-sinapsis berfungsi meneruskan rangsang.
Membran pre-sinapsis akson neuron satu akan bertemu dengan dendrit neuron yang lain. Permukaan dendrit neuron itu disebut membran post-sinapsis. Fungsi membran post-sinapsis sebagai penerima rangsang. Di antara kedua membran tersebut terdapat suatu celah yang disebut celah sinapsis.
Bila impuls telah berada di ujung akson, ujung akson akan mengeluarkan neuro hormon yang disebut juga neurotransmiter. Zat ini bersifat memacu dan menghantarkan impuls ke ujung dendrit neuron yang lain. Ada beberapa neurotransmiter yang dikenal yaitu asetilkolin, serotonin, dan dopamin. Keduanya merupakan neurotransmiter yang terdapat di seluruh sistem saraf.
Jika impuls tiba di tombol membran pre-sinapsis, akan terjadi peningkatan permeabilitas membran pre-sinapsis terhadap ion Ca2+. Akibatnya ion Ca2+ masuk dan gelembung sinapsis melebur dengan membran pre-sinapsis sambil melepaskan neurotransmiternya ke celah sinapsis. Neurotransmiter ini membawa impuls ke membran post-sinapsis. Setelah menyampaikan impuls, selanjutnya neurotransmiter dihidrolisis oleh enzim yang dikeluarkan oleh membran post-sinapsis, misalnya asetilkolinesterase. Jika neurotransmiternya dihidrolisis menjadi kolin dan asam etanoat, kedua senyawa hasil hidrolisis ini akan disimpan di gelembung sinapsis untuk dipergunakan lagi. Simaklah penghantaran impuls antarsel saraf pada gambar dibawah. 
Apabila tubuh Anda mendapatkan rangsang dari luar, dengan melakukan 2 macam proses penghantaran tersebut, impuls akan melalui jalur perjalanan sebagai berikut untuk menanggapinya.


Selain gerakan melalui jalur itu, ada juga gerakan yang melalui jalur perjalanan berbeda yang disebut gerak refleks. Berikut adalah penjelasan mengenai gerak refleks. 

Friday, December 21, 2012

Materi dan Soal Biologi. Terlengkap!


Materi dan Soal Biologi. Terlengkap!


Posted: 20 Dec 2012 09:36 AM PST
1. Sisa metabolisme yang harus dikeluarkan dari tubuh adalah . . . . a. albumin hasil pemecahan protein b. asam amino hasil pemecahan protein c. asam lemak hasil pemecahan lemak d. glukosa hasil pemecahan amilum e. asam urat hasil pemecahan protein 2. Bagian ginjal yang terdapat cairan yang sangat mirip dengan plasma darah adalah . . . . a. kapsula bowman b. pelvis [...]
Posted: 20 Dec 2012 09:32 AM PST
1. Udara yang masuk atau keluar waktu kita bernapas normal disebut udara . . . . a. residu b. komplementer c. cadangan d. cadangan pernapasan e. tidal 2. Asfiksi dapat terjadi karena . . . . a. lekositosis b. leukemia c. asma d. pneumonia e. bronkitis 3. Di dalam hidung udara pernapasan akan mengalami hal-hal berikut. . . . a. pembebasan kuman b. penghangatan sesuai suhu tubuh c. penetralan zat [...]
Posted: 20 Dec 2012 09:28 AM PST
1. Zat dalam makanan yang paling cepat dipakai dalam pembakaran adalah . . . . a. protein b. vitamin c. karbohidrat d. mineral e. lemak 2. Jenis makanan yang akan langsung diserap tubuh tanpa melalui pencernaan adalah . . . . a. gandum b. kacang tanah c. selulosa d. minyak goreng e. air 3. Fungsi karbohidrat adalah . . . . a. zat pembangun b. sumber energi dan pelarut [...]

Thursday, December 20, 2012

Sifat – Sifat Fisika dan Kimia Protoplasma

SIFAT – SIFAT FISIKA PROTOPLASMA
Peristiwa fisika yantg sering terjadi pada sel antara lain adalah :
1)     Imbibisi, Imbibisi adalah penyerapan atau pengikatan molekul air ke dalam benda
2)     Difusi, Difusi adalah perpindahan partikel zat padat atau gas dari hiper ke hipo.
Difusi ada dua bagian yaitu :
-        Difusi aktif
Difusi aktif merupakan perpindahan pertikel zat padat atau gas dari larutan encer (hipo) ke larutan pekat (hiper) dengan bantuan energi. Difusi aktif hanya dapat berlangsung pada mahluk hidup.
-        Difusi pasif
Difusi pasif merupakan perpindahan partikel zat padat atau gas dari larutan hiper ke hipo tanpa bantuan energi. Difusi pasif dapat berlangsung pada benda mati maupun mahluk hidup.
Sebetulnya masuknya zat padat dari hipo ke hiper melanggar proses fisis.
Seperti diketahui bahwa proses difusi adalah dari hiper ke hipo oleh karena itu difusi pada akar merupakan difusi aktif yang memerlukan energi. Difusi ini berhenti setelah terjadi keseimbangan.
     3)     Osmose
Osmose adalah perpindahan zat cair dari hipo ( larutan pekat ) ke hiper ( larutan yang lebih pekat ) melalui selaput semi permiabel. Peristiwa osmose ini berhenti setelah terjadi kesimbangan.
    4)    Filtrasi
Filtrasi adalah perpindahan zat padat atau cair karena pengaruh tekanan.
Misalnya : – pada ginjal ( pada badan malpighi)
- juga perpindahan zat dari pembuluh darah arterial ke sel.
Sifat fisika protoplasma yang lain :
§  Molekul yang besar cenderung mengendap.
§  Berifat sol yaitu koloid encer, dan bersifat gel yaitu koloid yang kekurangan air.
§  Selaput plasma tersusun atas lipoprotein ( lipid + protein)
§  Selaput plasma berguna untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran zat, sebab selaput plasma bersifat semi permiabel.
§  Ion yang bermuatan sama saling tolak-menolak dan yang bermuatan lain saling tarik – menarik.
§  Bersifat larutan
Berdasarkan ukuran zat yang terlarut  maka sistem larutan dapat dibedakan atas :
1.      Larutan, adalah zat yang terlarut berukuran lebih kecil dari 1/100 mikron
2.      Suspensi, adalah zat terlarut berukuran lebih besar dari 1/10 mikron
3.      Koloid, adalah zat terlarut berukuran lebih besar dari 1/1000 s.d 1/10 mikron.
Koloid dalam protoplasma bergerak secara acak disebut gerak Brown dan gerak ini dipengaruhi suhu.
SIFAT – SIFAT KIMIA PROTOPLASMA
Protoplasma terdiri dari zat anorganik dan zat organik.
1.      zat anorganik
  • ·        zat anorganik terdiri dari garam – garam elektrolit
  • ·        elektrolit adalah suatu zat yang di dalam suatu larutan mengalami ionisasi sehingga memungkinkan larutan itu menghantarkan arus listrik.
  • ·        pH protoplasma adalah sekitar netral, berkisar 6,8 – 7,2
  • ·        cairan pada protoplasma termasuk larutan koloid.

Zat padat dalam protoplasma tidak akan mengendap, disebabkan :
-        gerak ondonom / otonom yaitu gerak plasma sel
-        gerak Brown yaitu gerak partikel zat padat
Kepekatan koloid tergantung kadar airnya sol atau gel. Siklosis adalah gerak protoplasma dalam sel.
2.      Zat Organik
  • ·        merupakan suatu sistem yang kompleks, terdiri dari bagian – bagian yang heterogen.
  • ·        Terdiri dari unsur – unsur C, H, O, N, S, P, K, Ca, Na, Mg, F2, I, Cl dan unsur yang lain membentuk.
1.      Karbohidrat (CnH2O)n
Misalnya :  C3H6O3 = triosa
C5H19O5 = pentosa
C6H12O6 = heksosa
Terbagi menjadi :
1.      Monoksida
Monosakarida hanya terdiri atas satu gugusan gula, misalnya :
§  Glukosa
§  Fruktosa
§  Galaktosa
1.      Disakarida
Disakarida tersusun atas 2 gugusan gula.
Contoh :
§  Sukrosa
§  Maltosa
§  Laktosa
1.      polisakarida
polisakarida tersusun atas banyak gususan gula.
Misalna :
§  glikogen
§  amilum
§  selulosa
Adanya amilum dalam suatu makanan dapat diuji dengan lugol.
Reaksi positif menunjukkan warna biru, ungu.
Karbohidrat berfungsi sebagai penghasil energi.
1.      Lipida / lemak
Lipida / lemak tersusun atas C, H, O
§  Lipida bila terhidrolisa akan terurai menjadi asam lemak gliserol.
§  Pengujian lipida dapat dilakukan dengan kertas saring atau dengan
sudan III.
Fungsinya : – sebagai sumber energi cadangan
- pembentuk membran sel.
3. Protein ( putih telur )
§  Merupakan ikatan – ikatan asam amino
§  Tersusun atas unsur C, H, O, N dan kadang – kadang S, P
Fungsinya : – sebagai pembentuk bagian sel
- sebagai pembentuk organela sel
- sebagai hormon dan zat antibody
Menguji adanya protein sebagai berikut :
Dengan menggunakan Reagen Millon
Protein + Reagen Millon – terjadi gumpalan putih
Dan gumpalan putih dipanasi – menjadi warna merah.
1.      Asam Nukleat ( asam Inti )
Terdiri dari :
§  RNA ( Ribo Nucleic Acid ) = ARN ( Asam Ribo Nukleat)
berperan dalam proses sintesis protein.
§  DNA ( Deoksiribo nucleic Acid ) = ADN ( Asam Deoksiribo Nukleat ).
berfungsi : – untuk membawa sifat
- sifat menurun atau berperan dalam hubungananya
dengan pengendalian faktor
-Faktor keturunan
Untuk mencetak ARN jadi berfungsi untuk sintesis proses .
Sifat – Sifat Kimia Protoplasma Yang Lain
a)      Pada protoplasma selalu terjadi ionisasi sehingga selalu terjadi perubahan H.
b)      Untuk mempertahankan stabilitas h dalam protoplasma terdapat larutan buffer ( penahan).
c)      Terpengaruh oleh biokatalisator ( enzim).
Sifat Sel :
§  Sel haploid (n) mempunyai sifat kromosom yang satu sama lain berbeda
§  Sel diploid (2n) mempunyai sepasang kromosom pembawa sifat sama
§  Sel tripoid mempunyai tiga kromosom pembawa sifat sama. Sel triploid terdapat pada sel endosperm dalam lembaga. Sel triploid tak dapat bermiosis tapi bermitosis.
Sel poliploid terdapat pada sel hasil mutasi, sehingga tidak bias bermiosis, akibatnya tidak bisa membuat gamet, akhirnya tidak bisa menurunkan keturunan ( mandul ).

Download file klikDownload