Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami
organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak
mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi
atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat
mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.
Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan
perilaku ini. Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan
atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk
mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang
kondusif bagi pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui
berperilaku dorman adalah kuncup.
PENYEBAB TERJADINYA DORMANSI
Benih yang mengalami dormansi
ditandai oleh :
- Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air.
- Proses respirasi tertekan / terhambat.
- Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan.
- Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
Kondisi dormansi
mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada pada
tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman
induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit
biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua
keadaan tersebut.
Secara umum
menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu :
·
Innate dormansi (dormansi primer)
·
Induced dormansi (dormansi sekunder)
·
Enforced dormansi
Sedangkan
menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
·
Dormansi Fisik, dan
·
Dormansi Fisiologis
Dormansi Fisik disebabkan oleh pembatasan struktural
terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga
menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.
1.
Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang termasuk dalam type
dormansi ini disebut sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit
biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade
berdinding tebal terutama di permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya
mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula.
2.
Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan
embrio
Disini kulit biji cukup kuat sehingga
menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan
tumbuh dengan segera.
3.
Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap
gas-gas
Pada dormansi ini, perkecambahan akan
terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih
ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan
kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini
terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat.
Ø Beberapa
penyebab dormansi fisiologis adalah :
Dormansi Fisiologis, dapat disebabkan
oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur
tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh
1.
Immaturity Embrio
Pada dormansi ini perkembangan
embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan
benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada
tempe-ratur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai
embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.
2.
After ripening
Benih yang mengalami dormansi ini
memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau
dika-takan membutuhkan jangka waktu "After Ripening". After Ripening
diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama
penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu
penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun,
tergantung dari jenis benihnya.
3.
Dormansi Sekunder
Dormansi sekunder disini adalah benih-benih
yang pada keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada
suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi
kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder
ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah
kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang membutuhkan
cahaya. Diduga dormansi sekunder tersebut disebabkan oleh perubahan fisik yang
terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang berlebihan
sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih terbatas.
Ø Dormansi
yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio.
Dormansi ini dapat disebabkan oleh
hadirnya zat penghambat perkecambahan dalam embrio. Zat-zat penghambat
perkecambahan yang diketahui terdapat pada tanaman antara lain : Ammonia,
Abcisic acid, Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids Lactone (Counamin)
dll.
1.
Counamin diketahui menghambat kerja enzim-enzim penting
dalam perkecambahan seperti Alfa dan Beta amilase.
Tipe dormansi lain selain dormansi
fisik dan fisiologis adalah kombinasi dari beberapa tipe dormansi. Tipe
dormansi ini disebabkan oleh lebih dari satu mekanisme. Sebagai contoh adalah
dormansi yang disebabkan oleh kombinasi dari immaturity embrio, kulit biji
indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan keperluan akan perlakuan chilling.
2.
Cara praktis memecahkan dormansi pada benih tanaman
pangan.
Untuk mengetahui dan
membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak dapat berkecambah adalah
dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi
pada saat pengujian daya tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana
cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat
dipersingkat.
Ø Beberapa
cara mempersingkat dormansi adalah :
1. Dengan
perlakuan mekanis.
Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi.
Skarifikasi mencakup cara-cara
seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit
biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk
benih-benih yang memiliki sumbat gabus.
Tujuan dari perlakuan mekanis ini
adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap
air atau gas.
2.
Dengan perlakuan kimia.
Tujuan dari perlakuan kimia adalah
menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi.
Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat
membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan
mudah.
·
Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam
asam sulfat pekat selama 20 menit sebelum tanam.
·
Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30
menit.
·
Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan
dosis 100 - 200 PPM.
Bahan kimia lain yang sering
digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan
Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin,
Gibberelin dan iuxil (IAA).
3.
Perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan perendaman di dalam air
panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih.
Caranya yaitu : dengan
memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60-70°C dan dibiarkan sampai air
menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air
yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk
dikecambahkan.
4.
Perlakuan
dengan suhu.
Cara yang sering dipakai adalah
dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab (Stratifikasi). Selama
stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan
bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang
merangsang pertumbuhan.
Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk
setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.
5.
Perlakuan dengan cahaya.
Cahaya berpengaruh terhadap
prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada
benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas
cahaya dan panjang hari.
Download file PDF disini
Download
0 comments:
Post a Comment